CITRA dan GUNA pada Rumah Adat Maluku (Baileo)
Arsitektur adalah sebuah bidang ilmu yang dapat
diterjemahkan secara universal atau luas dan dapat menjangkau semua aspek
kehidupan manusia. Arsitektur seperti arti harafiahnya merupakan ilmu tentang
mencipta. Namun, sebuah karya tidak akan hadir begitu saja tanpa sebuah
imajinasi untuk membuat tangan mengerti apa yang harus dikerjakannya.
Arsitektur sebagai sesuatu yang bisa menciptakan, juga harus
mampu membuat orang lain mengerti tentang ciptaan itu sendiri. Dia harus hadir
sebagai lambang yang membahasakan segala yang indah dari penciptaan tersebut.
Di dalam dunia arsitektur terdapat dua unsur yang menyatukan
suatu bentuk arsitetural, yaitu guna
dan citra.
Kata ‘guna’ dalam bahasa Arsitektur tidak hanya
menunjuk pada cara pemanfaatan dan keuntungan fungsional yang bisa pemakai
dapatkan saja, tapi juga sebagai sesuatu yang mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan kualitas hidup kita. Maksudnya, Arsitektur tidak hanya dipahami
sebagai sebuah hasil yang menguntungkan kita, namun sebagai sebuah produk yang
mempunya bentuk dan dapat dinikmati. Dan ketika dia bisa dinikmati, maka dia
bisa dimengerti.
Unsur ‘citra’ hadir sebagai hasil dari sisi
subjektifitas. Kalau halnya ‘guna’ bersifat universal, maka ‘citra’
lebih bersifat unik dan tergantung pandagan tiap individu. ‘Citra’ pada
dasarnya hanya menunjuk pada sebuah gambaran atau sebuah kesan penghayatan yang
menangkap arti suatu bangunan dimaya seseorang.
Studi kasus: CITRA DAN GUNA RUMAH
ADAT MALUKU (Baileo)
Fungsi pada Rumah Adat Maluku (Baileo) ini adalah sebagai
balai musyawarah suatu masyarakat negeri adat. Bangunan ini tidak difungsikan
sebagai tempat tinggal namun sebagai balai adat suatu negeri.
Menurut Dr. Cooley kata Baileu berasal dari kata Melayu yaitu
Bale atau Balae yang berarti tempat pretemuan. Padangan tersebut dapat diakui
kebenarannya, karena:
1.
Baileo yang berfungsi sebagai tempat
pertemuan adalah sesuai dengan fungsi dari balai itu sendiri.
2.
Kata "Balai" dan
"Baileu" tidak berbeda jauh. Perubahan dari Balai menjadi Baileu
mungkin karena proses "Malukunusasi" sama saja dengan kata rumah
menjadi.
Bangunan itu adalah rumah adat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus tempat seluruh warga berkumpul membahas masalah-masalah yang mereka hadapi. Di Maluku, disebut sebagai "Baileo", secara harafiah memang berarti "balai". Baileo Maluku menggunakan istilah "baileo" sebagai namanya, karena memang dimaksudkan sebagai "balai bersama" organisasi rakyat dan masyarakat adat setempat untuk membahas berbagai masalah yang mereka hadapi dan mengupayakan pemecahannya.
Oleh karena itu apabila ditelusuri lebih jauh mengenai fungsi atau guna dari Rumah Adat Maluku (Baileo) menurut bidang ilmu arsitektural adalah:
Bangunan itu adalah rumah adat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus tempat seluruh warga berkumpul membahas masalah-masalah yang mereka hadapi. Di Maluku, disebut sebagai "Baileo", secara harafiah memang berarti "balai". Baileo Maluku menggunakan istilah "baileo" sebagai namanya, karena memang dimaksudkan sebagai "balai bersama" organisasi rakyat dan masyarakat adat setempat untuk membahas berbagai masalah yang mereka hadapi dan mengupayakan pemecahannya.
Oleh karena itu apabila ditelusuri lebih jauh mengenai fungsi atau guna dari Rumah Adat Maluku (Baileo) menurut bidang ilmu arsitektural adalah:
·
Fungsi/Guna
Bentuk
-Bentuk dari Rumah Adat Maluku ini
berawal dari fungsinya sebagai balai bersama.
-Rancangan dari bangunan ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Maluku pada jaman lampau.
·
Fungsi/Guna
Konstruksi
-Rumah Adat Maluku ini memiliki
konstruksi sederhana sesuai dengan tingkat teknologi pada saat itu.
-Bentuknya berasal dari konstruksi
bangunan itu sendiri.
-Terdapat pula beberapa rancangan
struktur yang dibuat untuk kode estetika, dalam hal ini disebut juga
ukiran-ukiran yang terdapat pada Baileo seperti pada struktur tangga, kolom,
dll.
·
Fungsi/Guna
Ekspresi
-Bentuk keseluruhan dari Baileo
adalah wujuddari fungsi awal bangunan ini dibangun.
-Bentuk dari bangunan secara
simbolik telah menggambarkan fungsinya sendiri.
-Rumah Adat ini dibangun pada saat
teknologi konstruksi masih sangat minim, selain itu karena berbentuk rumah
panggung, oleh karena itu terlihat rancangan bangunan ini memperlihatkan
struktur dan konstruksi secara menonjol.
·
Fungsi/Guna
Geometris
-Fungsi geometris yang seringkali
mengabaikan guna/fungsi dan lebih mencerminkan pada geometri bangunan tidak
diaplikasikan pada bangunan Rumah Adat ini.
-Oleh karena guna dari Baileo adalah
sebagai Balai, maka bentuk dari Baileo ini mengikuti fungsinya yaitu sebagai
tempat musyawarah. Bentuk panggung itu disesuaikan dengan peraturan adat
mengenai suatu bentuk balai bersama.
·
Fungsi/Guna
Organis
-Bentuk bangunan rumah adat ini
dibangun pada jaman dahulu kala yang mementingkan aspek lingkungan
bermasyarakat.
-Karena guna bangunan ini sebagai
area musyawarah maka fungsi tersebut menciptakan bentuk Baileo, sehingga bentuk
adalah fungsi secara keseluruhan.
·
Fungsi/Guna
Ekonomis
-Bentuk dari Rumah Adat ini adalah
karena dibangun pada saat konstruksi yang masih sederhana sehingga peralatan
yang digunakan pun sederhana dan dengan metode yang sangat efisien, sehingga
material utamanya adalah kayu dan papan.
·
Fungsi/Guna
Kultural atau Budaya
-Rumah Adat ini adalah simbol
kebudayaan dari provinsi Maluku sehingga bentuk tercermin dari budaya setempat.
-Selain itu bentuk dijiwai pula oleh
tata cara kehidupan, pola pandang dan spiritual masyarakat Maluku.
B. CITRA
Tampak depan bangunan sangat berpengaruh terhadap pencitraan
bangunan tersebut. Sebuah bangunan menjadi lebih enak dipandang jika setiap
elemen penyusunnya dirancang selaras satu sama lain. Keselarasan ini mencakup
skala, komposisi bentuk, warna, material, serta konsistensi penerapan gaya
bangunan. Keberadaan tampak depan (fasad) menjadi sangat penting ketika
sosoknya dominan. Misalnya pada bangunan Baileo (Rumah Adat Maluku), bentuknya
dibiarkan terbuka dan tanpa dinding. Hal ini juga mempengaruhi citranya.
Berbicara mengenai fungsi, fasad atau tampak depan memiliki
banyak fungsi. Fungsi utamanya adalah untuk membatasi pandangan, tapatnya
antara lingkungan ke ruang dalam. Pada rumah adat Baileo, fasad dari bangunan
ini dibuat hanya setinggi 1-2 meter, hal ini dikarenakan fungsi dari tempat ini
sebagai Balai. Masyarakat Maluku membiarkan Rumah Adat ini tanpa dinding agar disaat
mereka melakukan musyawarah, rakyat yang duduk di halaman dapat melihat dengan
leluasa musyawarah yang berlangsung dalam Baileo dan juga alasan yang lain
mengapa Baileo Maluku tak berdinding adalah karena agar supaya roh-roh nenek
moyang lebih leluasa masuk dan keluar Baileo.
Selain itu, Baileo yang bentuknya yang menyerupai rumah
panggung itu juga disebabkan karena untuk mencegah masuknya binatang-binatang
yang dapat mengotorkan Baileo, maka satu-satunya jalan yang harus ditempuh
yaitu Baileo harus dibuat lebih tinggi. Selain itu, hal ini disebabkan pula
agar supaya roh-roh nenek moyang lebih tinggi dari pada manusia.
Bentuk ukiran atau ornamen pada setiap dinding Baileo juga memiliki arti tersendiri, biasanya merupakan cerminan pola hidup masyarakat setempat ataupun makna spiritual. Selain sebagai estetika, makna dari ukiran-ukiran ini juga menjadi simbol kebudayaan pada rumah ada Baileo.
Bentuk ukiran atau ornamen pada setiap dinding Baileo juga memiliki arti tersendiri, biasanya merupakan cerminan pola hidup masyarakat setempat ataupun makna spiritual. Selain sebagai estetika, makna dari ukiran-ukiran ini juga menjadi simbol kebudayaan pada rumah ada Baileo.
Dari ukiran-ukiran tersebut terdapat pula jalan cerita
kehidupan nenek moyang pada jaman dulu. Selain itu terdapat pula ukiran yang
melambangkan masing-masing klan atau marga dari negeri adat tersebut.